Mungkin ungkapan Arab “Man Jadda Wa Jadda” sangat tepat untuk menggambarkan Eri Sahabudin. Seorang pemuda asal Dusun Lebah Munten, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, yang sangat gigih untuk mewujudkan impiannya menggapai pendidikan tinggi demi mengangkat martabat keluarganya.
Bagaimana tidak, orang tua Eri adalah seorang petani di pedalaman Lombok dengan penghasilan tak menentu. Jangankan untuk membiayai pendidikan, untuk makan esok hari pun mereka sering kekurangan.
Namun Eri kecil tidak pernah menyerah. Sejak SMP ia terbiasa bekerja agar tidak putus sekolah. Banyak hal telah ia lakukan, mulai dari menjadi buruh cuci piring hingga berjualan cilok demi mendapat pendidikan setinggi-tingginya.
Kegigihan Eri dalam mencari biaya pendidikan juga diimbangi dengan kemampuan akademiknya yang diatas rata-rata teman sebayanya. Sampai pada akhirnya ia mendapat undangan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Brawijaya.
Meskipun dengan keterbatasan biaya, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan predikat cum laude. Dari sini jalan Eri untuk mendapat pendidikan lebih tinggi semakin terbuka lebar.
Ia berhasil mendapatkan beasiswa LPDP untuk program S2 di University of Tsukuba, Jepang.
Dari Negeri Sakura untuk Masjid Pedalaman Narmada
Setelah semua pencapaian yang Eri dapat, tidak membuatnya lupa pada daerah tempatnya berasal. Justru pengetahuan yang ia miliki pelan-pelan ia aplikasikan untuk membangun kampung halamannya.
Yang paling baru, ia mengumpulkan dana untuk renovasi masjid di desanya yang sudah terhenti selama 10 tahun. Eri sangat prihatin melihat kondisinya yang tak kunjung rampung.
Kurangnya dana menjadi alasan utama terbengkalainya proses renovasi. Sebab masjid ini dibangun atas swadaya masyarakat desa yang hanya berpenghasilan Rp 20-40 ribu per harinya.
Eri berinisiatif membuka galang dana di Kitabisa sebagai salah satu ikhtiar untuk mewujudkan niat baiknya mengumpulkan dana renovasi masjid.
Gak sekedar membuat galang dana, juga kegigihan Eri juga konsisten menyebarkan link halaman galang dana ke semua orang yang ia kenal.
Alhamdulillah, hingga bulan Ramadhan ini sudah terkumpul lebih dari Rp 180 juta hasil donasi dari ribuan #OrangBaik diluar sana.
Kiat menggalang dana ala Eri Sahabudin
Kesungguhan Eri mengumpulkan dana renovasi bisa kita lihat dari halaman galang dana Ayo Bangun Masjid Di Pedalaman Lombok miliknya. Ada beberapa hal yang bisa kita tiru agar galang dana yang kita buat bisa mendapatkan hasil yang maksimal, diantaranya:
1. Judul yang Sederhana
Judul galang dana adalah hal yang pertama kali dilihat oleh calon donatur. Untuk itu penting bagi kita membuat judul yang lugas dan mudah dimengerti. Harapannya, dengan sekali baca, donatur akan langsung terbayang untuk apa galang dana ini dibuat.
Eri menuliskan dengan jelas tujuan galang dana dengan tambahan kata persuasif “Ayo” yang membuat calon donatur merasa diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.
2. Deskripsi Galang Dana Singkat, Padat, dan Jelas
Pada bagian deskripsi, informasi yang Eri berikan sangat lengkap. Perlu diingat, informasi yang lengkap bukan berarti harus panjang ya!
Eri membagi deskripsi galang dananya menjadi beberapa bagian, antara lain perkenalan diri, latar belakang masjid yang ia bantu, serta rencana penggunaan dana ketika sudah terkumpul nantinya. Yang paling menarik, Eri membuat video pendek untuk memudahkan calon donatur mengetahui informasi galang dananya.
3. Transparansi Penggunaan Dana
Sebagai penggalang dana, Eri tidak melupakan kewajibannya untuk selalu memberikan kabar terbaru dari setiap penyaluran yang ia lakukan.
Pada halaman galang dananya, Eri memanfaatkan fitur kabar terbaru untuk memberitakan perkembangan renovasi masjid kepada donatur-donaturnya. Bahkan ia menambahkan sebuah link yang berisi daftar penggunaan dana yang bisa diakses oleh siapapun sebagai transparansi kegiatan renovasi masjid.
Eri sudah membuktikan, bermimpi bukanlah tentang uang tapi keyakinan dan harapan. Termasuk mimpi untuk bermanfaat bagi lingkungan tempat kamu tinggal.
Buat galang dana pembangunan/renovasi masjid di kampung halaman di Kitabisa sekarang