Ruang NICU menjadi salah satu ruangan di rumah sakit yang mungkin paling dihindari oleh para orang tua yang sedang menantikan kelahiran sang buah hati. Sebab, semua orang tua memiliki pengharapan yang sama, dapat memeluk erat sang anak ketika lahir ke dunia dengan sehat, tanpa kekurangan suatu apapun. Bukan malah khawatir, menyaksikan buah hatinya bergantung dengan alat bantu yang ada di NICU.
Sama halnya dengan Stefanus dan istri, orang tua Bimo dan Bosco, saat mendekati hari persalinan anak kembar pertamanya. Mereka tidak pernah berhenti memanjatkan doa agar persalinannya lancar, tanpa kekurangan suatu apapun.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Virus yang diidap mama selama hamil ternyata sangat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Sehingga memaksa mama harus melahirkan Bimo dan Bosco meskipun usia kandungan belum genap 9 bulan.
Akibatnya Bimo dan Bosco lahir infeksi dengan beberapa komplikasi penyakit lainnya. Bimo mengidap tumor di pembuluh darah. Bosco sempat menelan air ketuban, sekarang kondisinya paru-paru yang belum sempurna membuat ia sering “lupa napas” dan mengeluarkan lendir sisa air ketuban dari mulutnya. Tanpa bantuan perawatan dari ruang NICU, Bimo dan Bosco bisa mengalami gagal organ.
Bukan 1-2 Hari, Tapi 2 Bulan di NICU
Tangis papa dan mama pecah saat mengetahui diagnosa dokter yang menyatakan sang buah hati harus dirawat di NICU paling tidak selama 2 bulan. Pikiran mereka terbagi, di satu sisi khawatir akan kondisi Bimo dan Bosco yang naik turun, juga perihal berapa banyak biaya tagihan rumah sakit yang harus dibayar saat perawatan selesai nanti.
Saat itu biaya sehari di NICU papa harus membayar Rp 5 juta, lebih besar dari penghasilannya selama satu bulan. Hal ini membuat Stefanus dan istri harus memutar otak untuk mencari kekurangan biaya pengobatan Bimo dan Bosco.
Sembari berusaha, saat ini Setfanus dan istri hanya bisa menatap penuh kasih sayang diiringi doa yang tidak ada hentinya, berharap keluarga kecilnya bisa segera berkumpul bersama di rumah.
“Bapa di Sorga, tolong kuatkan anak kembarku agar bisa selamat berjuang di NICU”
Keajaiban Selalu Datang untuk Mereka yang Berusaha
Meskipun terlihat mustahil untuk stefanus membayar biaya NICU, iya tetap berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi biayanya. Termasuk saat ia memutuskan membuka galang dana di Kitabisa.
Lebih dari 2 bulan, ia ubah seluruh media sosial yang ia miliki jadi tempat menyebar halaman galang dana untuk pengobatan anaknya. Puji Tuhan, doa dan usaha Stefanus berjalan ke arah yang ia inginkan. Rp 48 juta berhasil ia kumpulkan dari ratusan #OrangBaik yang berdonasi untuk membantunya membayar pengobatan Bimo dan Bosco.
Di saat yang hampir bersamaan, kondisi kesehatan si kembar terus menunjukan progress yang sangat baik. Mereka sudah tidak bergantung lagi dengan alat bantu ventilator dan berat badan mereka juga terus meningkat. Sejalan dengan hasil baik tersebut, sekarang Bimo dan Bosco sudah dapat menikmati pelukan hangat Mama dan Papa.
Tak henti-hentinya Stefanus mengucapkan terima kasih kepada donatur yang sudah membantu keluarganya melewati ujian yang mengancam nyawa anak kembarnya. Selalu ada jalan untuk setiap niat tulus Stefanus memberikan pengobatan yang terbaik bagi si buah hati meskipun terhimpit kondisi ekonomi.
Menyerah bukan sebuah pilihan, apalagi menyangkut nyawa seseorang. Seperti Stefanus, kamu bisa berikan pengobatan terbaik bagi orang tercinta tanpa harus ragu kekurangan biaya. Buka galang dana di Kitabisa, ada jutaan #OrangBaik yang siap bantu kamu kumpulkan biaya.