Semua ayah pasti akan bersusah payah demi kebahagiaan buah hatinya. Begitu juga dengan Pak Hensa Wijaya, yang sedang berjuang mengumpulkan biaya pengobatan anaknya bernama Mufasa. Bayi laki-laki itu lahir dengan keadaan sehat pada pukul 15.00 WIB tanggal 15 November 2020 lalu.
Tentu saja kehadirannya membawa kebahagiaan baru bagi Pak Hensa dan istrinya. Namun, setelah beberapa hari pulang ke rumah, Pak Hensa merasa ada yang aneh dengan bayi laki-lakinya. Mufasa tidak seperti bayi lainnya yang menangis saat rewel, dia diam dan sulit minum ASI dari Ibunya. Malam itu, Pak Hensa curiga ada sesuatu, apalagi setelah Mufasa muntah.
Saat dibawa ke Bidan, Bu Bidan bilang Mufasa akan baik baik saja. Pak Hensa dan keluarga tetap menginap semalam lagi di bidan untuk mendapatkan penanganan, Alhamdulillah Mufasa mau minum ASI walaupun masih tetap muntah muntah. Untuk itu, Mufasa harus dibawa ke Rumah Sakit besar agar bisa diperiksa lebih lanjut.
Kondisi Mufasa memburuk, sesak dan muntah sehingga tak bisa tidur
Suatu subuh, Mufasa menangis semalaman. Ia sesak nafas dan makin sering muntah sehingga tidak bisa tidur. Pak Hensa langsung membawa bayinya ke dokter umum terdekat. Namun, tidak ada diagnosa apapun yang diberikan dan dianggap sebagai hal biasa. Sama seperti diagnosa bidan sebelumnya.
Setelah di bawa pulang, kondisi Mufasa semakin lemas dan sesak. Pak Hensa dan istrinya yang bingung dengan kondisi ini, melarikan Mufasa ke IGD RSIA. Diagnosis awal Mufasa mengalami Dehidrasi Akut karena kehilangan cairan akibat sering muntah. Setelah observasi beberapa hari, Dokter mengatakan Mufasa mengalami Ileus Obstruktif atau Atresia Ileum dan harus dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai alat memada.
Mufasa kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru, Sidoarjo dan mendapatkan observasi ulang. Setelah perjalanan panjang dari dokter ke dokter, akhirnya dokter mengatakan bahwa Mufasa harus mendapatkan tindakan operasi pemindahan usus ke dinding perut agar membantunya mengeluarkan zat zat berbahaya dalam tubuh. Mufasa juga didiagnosa mengalami kekurangan Nutrisi, Protein dan Gizi lainnya, karena ASI yang diminum terus dimuntahkan.
Operasi Laparatomi Ileostomy dan dinyatakan berhasil, tapi Mufasa mengalami pendarahan
Pada tanggal 25 November 2020, dilakukan operasi Laparatomi Ileostomy dan dinyatakan berhasil. Dokter mengatakan bahwa setelah operasi, Mufasa masih harus mendapatkan perawatan kurang lebih 2 Minggu sampai 1 Bulan untuk pemulihan dan mengembalikan kembali zat zat baik yang hilang selama ini seperti Natrium, Kalium dan lain lain.
Saat ini semua biaya rumah sakit dan perawatan Mufasa, Pak Hensa dapatkan dari hasil menjual harta benda berharganya. Namun, tagihan rumah sakit terus membengkak. Padahal, Mufasa masih harus dirawat intensif karena mengalami pendarahan luka operasi. Pendarahan ini terjadi akibat kurangnya protein dalam darah untuk membekukan luka. Makanya, upaya galang dana dilakukan oleh Pak Hensa sebagai usaha terakhir setelah ia telah berusaha semampunya.
Lebih dari Rp 220.725.863 terkumpul berkat 6497 donasi dari #OrangBaik di luar sana! Dana sebanyak itu berhasil dikumpulkan karena adanya kepercayaan antara donatur dan Pak Hensa. Berikut hal-hal yang bisa membantu memupuk kepercayaan tersebut:
1. Lampiran rencana penggunaan dana
2. Mengupload update kabar terbaru selalu dilengkapi foto
3. Semua pencairan dana melampirkan foto kwitansi terkait
Galang dana memang bukan lah solusi utama dalam kesulitan biaya pengobatan di negeri ini. Namun setidaknya dengan membuat galang dana, banyak #OrangBaik yang bisa gotong royong membantumu.
Kini, galang dana pengobatan Mufasa telah berakhir dan Mufasa telah kembali ke rumah.
Kamu juga bisa bantu pengobatan orang tersayang seperti Pak Hensa menyelamatkan buah hatinya. Yuk, cari tahu informasi galang dana Kitabisa di sini!